AkademicaNews

Kolom Makro

Bukan Lagi Penyamaan Pemahaman, Tapi Momentum Membangun Kesepakatan
Kerjasama

BUNGO, akademicanews.com, Universitas Muara Bungo akan mengambil
tindakan untuk langkah-langkah selanjunya terkait menjadi fasilitator
pendampingan desa usai seminar nasional bertajuk “Ketahanan Pangan” beberapa
hari lalu. Seminar yang diselenggarkan pada 6 Maret 2023 tersebut akan menelurkan
poin-poin penting seperti kerjasama hingga sinergi dalam merancang kebijakan
strategis beberapa pihak pemerintahan. Hal tersebut diperkuat ketika ketua
panitia, Mulia Jaya dikonfirmasi usai seminar nasional. Mulia Jaya berharap acara tersebut menjadi
momentum terjadinya kolaborasi berupa sinergi untuk bekerjasama antar pihak.

“Seminar
nasional ketahanan pangan ini adalah momentum untuk membangun kesepakatan
kerjasama. Setelah terjadi kesepahaman, maka Langkah selanjutnya adalah membuat
desain model kerjasama. Program apa yang akan kita buat, dan inilah yang kita
harapakan. Misalnya, berbasis keilmuan saja terkait dengan Tri Dharma
perguruan tinggi nanti. Bidang pengajarannya apa, bidang penelitiannya apa,
bidang pengabdian masyarakatnya apa, di desa yang sudah bekersama dengan kita. Jadi
berbasis program tidak membangun kesepahaman lagi” Tutur Mulia Jaya disela-sela
waktu istirahat bersama Andriansyah.

Bagi Dosen
Fisipol UMB ini seminar yang telah berlangsung merupakan awal dari membangun
kesepahaman bersama, antara pemateri dan peserta. Seperti kepala desa, camat
dan dinas terkait, bahwa penting menjalin kerjasama dengan perguruan tinggi
sehingga kedepannya pihak perguruan tinggi dapat mengusulkan desain program-program
yang telah terencana. 

Ketua
panitia pelaksana sekaligus moderator seminar ini menambahkan bahwa perguruan
tinggi dalam konteks ini Universitas Muara Bungo bukan saja hanya menjadi pihak
perancang desain kebijakan dan program, melainkan juga bertindak sebagai fasilitator
antara pemerintah pusat sampai ke pemerintah daerah. Hal itu menurutnya
merupakan langkah utama untuk mencapai pelayanan publik yang menghasilkan efek
besar bagi masyarakat. 

“Kemudian
disamping kita sebagai perancang desain kebijakan dan program, kita juga bisa
bertindak sebagai fasilitator komisi V DPR RI tadi. Mendekatkan pelayanan
publik dari pusat ke pemerintah desa sebagai ujung tombaknya melalui seminar
pada aspek ketahanan pangan namun banyak efek baik akan berimbas. Bisa itu pertanian,
proses produksi, pemasaran dan kebijakan penunjang itu bisa kita atur nanti
ketika desa sudah bekerjasama dengan perguruan tinggi”, Imbuh Mulia Jaya
menambahkan.

ANDRIANSYAH: BELUM ADA KOORDINASI SINKRON ANTARA PEMERINTAH PUSAT, PROVINSI, KABUPATEN HINGGA DESA.

Diwaktu
bersamaan pula, Ketua Yayasan, Andriansyah memaparkan bahwa telah ada
langkah-langkah cepat pihak Universitas Muara Bungo. Usai kegiatan seminar
tersebut ia membeberkan bahwasanya pihak-pihak Rio atau kepala desa yang hadir
pada seminar tersebut telah bergabung di Group WhatsApp yang ia bentuk untuk
koordinasi.

“Kebetulan
kita membuat group di whatsapp dan yang sudah bergabung sudah ada beberapa rio,
salah satunya ketua APDESI. Kita harapkan dari mereka itu semakin intens
berkomunikasi, karena inisiatif harus dari mereka juga bukan hanya dari pihak
kita saja, Perguruan Tinggi. Ini untuk kemajuan desanya masing-masing”, Ujar
Andriansyah santai

Bagi
Andriansyah para Rio yang telah diberikan kepercayaan untuk menjalankan amanat mengelola
anggaran pembangunan desa dari pusat harus dapat menggunakannya sesuai aturan. Agar
modal tersebut bisa menjadi manfaat bagi masyarakat.

“Mereka
sudah diberikan modal dan harus memanfaatkan modal tersebut sehingga dapat
berkembang. Modal tersebut di dusun bisa dimanfaatkan untuk perekonomian,
Pendidikan, hal yang menyangkut ketahanan pangan, terkait pada peningkatan SDM,
yang nanti masyarakat itu sendiri dapat merasakannya”, Ujarnya.

Ia
berterus terang bahwa kehadiran Universitas Muara Bungo tiada hal lain selain
menjalankan pengabdian kepada masyarakat. Bagi Aa’ Andre, selain bentuk
silaturahmi, Perguruan tinggi bermaksud baik untuk menawarkan diri. Tersedianya
akademisi berbagai bidang ilmu di UMB merupakan modal besar untuk menjadi mitra
pihak pemerintah desa dalam merancang kebijakan yang dibutuhkan masyarakat banyak.

“Kita
hanya menjalankan Tri Dharma Perguruan Tinggi, kita menawarkan diri
terhadap mereka dengan tujuan agar bagaimana mereka menerjemahkan bahwa hal ini
merupakan silaturahmi yang bermanfaat. Dari sisi perguruan tinggi kita
menyediakan keilmuan yang akan berimbas pula pelayanan terhadap masyarakatnya
masing-masing. Tinggal kita mensinergikan dengan pemerintahan pusat melalui DPR
RI, kita juga harus menjembatani mereka dengan pemerintahan provinsi, kabupaten”.
Tambahnya.

Dari seminar sehari, Andriansyah melihat bahwa belum adanya koordinasi yang
sinkron antara berbagai pihak pemerintah pusat hingga desa. Ia berinisiatif
untuk menyatukan komunikasi tersebut melalui peran perguruan tinggi dengan
tindaklanjut bekerjasama kedepannya.

“Kita melihat
dari kegiatan ini ada koordinasi yang belum sinkron. Dan disinilah peran kita
harus ada yang kita lakukan untuk mereka sebagai tindak lanjut dari kegiatan
ini berikutnya. Apakah kita putuskan bekerjasama dengan PMD, tentu harusnya
bekerjasama dengan PMD tadi seperti statement wakil bupati mengatakan UMB nanti
bekerjasama dengan PMD. Nah, tentu kita harus ada jalinan komunikasi dulu
dengan pihak PMD, program apa yang ada di sana yang diinginkan pihak tersebut
untuk diikuti oleh UMB, kita akan sama-sama pikir, kita sama-sama riset,
sehingga tepat guna apa yang akan dijalankan nanti”. Tutur Aa’ Andre.

Disatu
sisi yang berkaitan erat dengan desa,&nbsp;Aa’ Andre melihat
kehadiran peserta dari seratus empat puluh satu dusun, dapat ditarik asumsi
bahwa tingkat kepedulian terhadap masyarakat mulai saat ini memang harus
betul-betul penuh keseriusan dan kerja keras.

“Kehadiran
sekitar tiga puluh dua Rio dari seratus empat puluh satu yang telah diundang,
saya bertanya apakah mereka tidak paham, apakah mereka tidak mengerti, apakah
mereka memang tidak ada waktu. Tapi ketika melihat berdasarkan data yang ada,
mereka yang diberikan mandat dan tugas mengelola dana desa ini, apakah
sudah terlihat? Nah, ini perlu kita lakukan pendekatan terus kepada mereka.
Bagaimana kita membantu PMD, bagaimana kita membuat mereka memanfaatkan dana
dari pemerintah sebaik-baik mungkin. Saya mengajak semua pihak, bahwa kita
harus kerja keras, semangat harus ditingkatkan”. Ia menekankan.

Bagi
penggagas seminar nasional ini, Aa’ Andre mengingatkan bahwa disamping keseriusan
dan kepedulian pemerintah, perguruan tinggi menurutnya juga harus berinisiatif.
Dapat melihat kepentingan apa yang harus didahulukan oleh semua stakeholder
seperti pemerintah daerah, masyarakat akademisi, LSM, hingga pemuda yang harus
siap untuk turun. 

“Semua
yang mereka Kelola tersebut sangat besar manfaatnya untuk masyarakat, tentu
sayang sekali apabila tidak dikelola dengan benar. Untuk itu dibutuhkan peran
berbagai unsur kemasyarakatan dan pemerintahan. Semua
ingin baik tetapi belum tentu benar, niat yang benar apabila tidak mengetahui
caranya jadinya juga tentu tidak baik. Yang pastinya kita terus melakukan langkah
pendekatan terhadap mereka melalui organisasi atau komunitas para Rio”. Jelas
Aa’ Andre lagi.

ANTHONI: BANK JAMBI SIAP BANTU UNIVERSITAS MUARA BUNGO

Ketika
ditanya mengenai kehadiran pihak perbankan, Aa’ Andre menegaskan bahwa
perbankan siap menjadi mitra untuk memberikan beberapa program pinjaman kepada
masyarakat.

“Perbankan
sebenarnya punya banyak informasi tentang apa yang bisa mereka berikan sebagai
dana pinjaman. Nah inikan Kembali informasi yang semestinya harus didapat oleh
pihak bank sendiri terhadap kondisi perkembangan di desa atau dusun yaitu
informasi yang harus diberikan bank terhadap syarat-syarat untuk mendapatkan
pinjaman. Sementara program pusat banyak, seperti bantuan pengembangan UMKM dan
banyak sekali yang lain, hanya saja ada gap selama ini”. 

Menurut Aa’
Andre perguruan tinggi dapat menjadi pendamping dalam menghilangkan gap-gap
tersebut seperti menghubungkan informasi ke pemerintah pusat hingga merancang segala
administrasi, laporan, bahkan pengajuan proposal.

“Bagaimana
menghubungkan yang di pusat, bagaiman membuat proposalnya, bagaimana Menyusun
laporan-laporan, inilah gap-gap itu yang sekarang sangat terlihat. Mereka tahu
menerima dana desa, selama ini hanya berdasarkan berupa perintah berikan barang
bukti seperti membuat infrastruktur, selama ini hanya menjadi sebagai
perpanjangan tangan yang belum tersentuh oleh pemerintah kabupaten. Sedangkan
di desa, apakah cukup dengan modal menjadi pelaksana dengan bidang keilmuannya
kurang? Yang mengawasi kepala desa ini BPD, Badan Perwakilan Desa. Hampir sama
seperti Bupati dan DPRD, tapi bagaimana kualitas SDM pengambil kebijakan
ditiap-tiap desa?” Ungkap Aa’ Andre.

Di pihak
lain, Direktur Bank Jambi, Anthoni menjelaskan bahwa ada beberapa program bank
jambi selama ini yang dibuat dibeberapa dusun pada kenyataannya tidak berjalan
sesuai rencana. Berdasarkan data yang ia peroleh dari salah satu pendamping desa
terbaik yang merupakan alumnus UMB sekaligus pemateri seminar,
Anthoni menjelaskan bahwa saat ini perlu ada perencanaan dan kerjasama ulang
terkait program tersebut. Salah satunya ia menyoroti tentang BUMDes.

“Kami dari
Bank Jambi siap apabila seandainya pihak perguruan tinggi ingin mebangun Kembali
BUMDes ini. Mungkin sekarang ini, maaf kalau saya salah mohon dikoreksi, dana
desa itukan besar. Masih berkaitan dengan dana desa yang besar, kalau seperti
dahulu mungkin saling menolak menjadi Rio. Kalau BUMDes itu hidup, besar, tentu
ketahanan ekonomi, pangan, itu terjaga. Ada atau tidaknya anggaran di pemerintah,
desa itu tetap maju, desa pasti tetap berjaya. Sama seperti kami BUMD,
alhamdulilah saat ini kami tetap nyetor PAD ke pemerintah empat ratus sepuluh
miliar rupiah. Mungkin bapak atau ibu tidak berpikir uang didalam itu ada dari
desa. BUMDes seperti itu juga, dari sanalah PAD untuk desa untuk pembangunan
desa. Kami bank jambi siap dan kami yang bersemangat untuk ini”. Ujar Anthoni dalam
seminar tersebut.

Anthoni menyampaikan,
apabila program membangun BUMDes di desa-desa tersebut dirancang Kembali oleh
pihak Universitas Muara Bungo, bank jambi adalah pihak paling bersemangat untuk membantu.

“Dan
apabila Universitas Muara Bungo mau mendampingi, misalnya masyarakat ingin
usaha apa dan dirancang oleh kampus, kami akan siap. Jangan sampai euforia
BUMDes ini mati seperti yang sudah-sudah. Jadi investasi yang sudah dikeluarkan
menjadi sia-sia dan tidak memiliki dampak untuk desa itu sendiri. Sekarang saya
tantang Kembali yang melaksanakan kegiatan ini. Sanggupkah UMB menghidupkan Kembali BUMDes yang sudah mati dan bank jambi akan siap membantu. Di mana
BUMDes yang tidak hidup atau yang masih mati suri, untuk kita tantang Fakultas
Ekonominya Universitas Muara Bungo untuk menghidupkan BUMDes itu dan kami akan
siap bantu”, Tantang Anthoni.

Kesiapan
bank jambi membantu Universitas Muara Bungo dalam menghidupkan BUMDes yang
tidak berjalan diberbagai desa di Kabupaten Bungo mendapat respon positif dari Ketua
Yayasan dan antusiasme peserta seminar. Anthoni berharap pihak UMB dapat
mefasilitasi program mebangun BUMDes yang mati suri dan memberi tantangan
tersebut khususnya untuk Fakultas Ekonomi.

“Tinggal bagaimana
dari datuk Rionya, mau atau tidak didampingi oleh Universitas Muara Bungo”,
Tanggap Aa’ Andre dengan santai.

Aa’ Andre
juga menambahkan bahwa ada banyak bidang yang akan membantu mengembang BUMDes
itu nanti, mulai dari Fakultas Peternakan, Hukum, Pertanian dan yang lainnya.

“Mudah-mudahan
nanti ada tindak lanjut usai seminar ini, mungkin kita akan berkunjung bersama
pihak bank jambi ke desa yang memiliki BUMDes belum berkembang. Intinya kami
pihak kampus juga siap”. Tambah Aa’ Andre lagi.

Mendengar
tanggapan dan respon positif Aa’ Andre, Anthoni berterimakasih telah menerima
tawaran alih-alih tantangan pihak bank jambi, dan ia berpendapat bahwa
apabila memiliki niat, semuanya pasti bisa berjalan dengan kersama berbagai
pihak seperti pendamping desa. Menurutnya pendamping desa merupakan pihak
sentral yang telah mengerti seluk beluk permasalahan desa.

“Jadi,
kalau kita punya niat pasti semua bisa berjalan. Tergantung lagi nanti ada
pendamping desa, mereka sudah paham seluk beluk permasalahan desa dalam
membangun BUMDes. Terus terang hubungan dengan kami bank jambi adalah BUMDes
bukan pemerintahan dusunnya. Niat kita hanya mau membangun BUMDes itu. Mungkin
contoh kecil saja, kalau BUMDes itu menguasai angkutan sawit, itu BUMDes bisa
menghasilkan miliaran. Jadi apabila datuk Rionya punya niat untuk mengembangkan
BUMDes di dusunnya silahkan, kami siap untuk memfasilitasi itu semuanya”. Tutur
Anthoni. (HBS)

Hermanto BS

Andriansyah melihat bahwa belum ada koordinasi sinkron antara berbagai pihak pemerintah pusat hingga desa.

KETUA YAYASAN: KITA HARUS PEDULI, TANGGAP DAN KERJA KERAS UNTUK MASYARAKAT

Bungo, akademicanews.com – Fakultas Perikanan Universitas Muara
Bungo mendapatkan Tawaran Magang ke Jepang yang di Peruntukkan Khusus Mahasiswa
Perikanan yang beberapa waktu lalu telah melakukan MoU (Red – Memorandum of
Understanding) dengan Universitas Bung Hatta, Sabtu (28/01/2023)

Hal ini di sampaikan langsung oleh Dekan
Perikanan UMB Rini Hertati, S.Pi., M.Si beberapa hari lalu, ia juga
menceritakan baru saja pulang dari Sumatera Barat menyelesaikan Seminar Hasil
Program Doktoralnya di Universitas Andalas.

Terkait Magang di Jepang, ia menambahkan
bahwa Fakultas Perikanan memang telah melakukan kerja – kerja program yang
sama, yaitu Magang ataupun PKL (Red – Praktek Kerja Lapangan) yang kini
berjalan di BBAT Sungai Gelam, Jambi “itu dari KKP (Red – Kementrian Kelautan
dan Perikanan) langsung” ujarnya.

Selain itu ia menambahkan bahwa Magang yang
di laksanakan di Sungai Gelam tersebut di laksanakan dengan Fasilitas yang
lengkap dan kegiatan serta bermacam – macam praktikum “itu kita laksanakan selama
satu bulan”. 

Untuk Program magang ke Jepang ini, ia
berharap di laksanakan setelah melakukan MoU terhadap Pihak BHJ bersama
Universitas Muara Bungo, agar fakultas lain di UMB bisa juga terlibat di
Program Magang ini, walaupun sebenarnya Magang dan Kukerta ke Jepang khusus Mahasiswa
Perikanan “jadi, kalau MoU bisa dari Fakultas lain terlibat” tambahnya.

Program Magang ke Jepang ini baginya sangatlah
menarik untuk terlibat langsung untuk Mahasiswa Universitas Muara Bungo, karena
dari sini Mahasiswa bisa kerja langsung dan memperoleh Gaji Per – Bulan sampai 25
Juta Rupiah.

Ia pun menyampaikan bahwa Prospek
Perikanan itu memang sangat besar terutama bagi Keluaran Mahasiswa Fakultas
Perikanan, peluang itu bisa di peroleh dari Swasta ataupun Negeri. 

“Peluang Kerja untuk Menjadi Pegawai
Negeri di KKP itu besar, bahwa Pembukaan lamaran pekerjaan di KKP itu bisa dua
kali dalam setahun dan peluang itu ada Ribuan khusus untuk Perikanan bahkan
Penggajiannya pun dua kali lipat lebih besar di bandingkan Daerah”.

Selain itu untuk Peluang Mandiri ataupun
Swasta juga sangat besar, ini di karenakan Fakultas Perikanan juga memberikan
Ilmu – Ilmu Keterampilan yang siap pakai, mulai dari Pengolahan Hasil,
Penanganan Hasil, Menangani Hama dan Penyakit “Bagaimana cara – cara Budi Daya yang
bagus, bagaimana menggunakan alat tangkap yang baik dan Ramah Lingkungan hingga
bagaimana Standar Pelabuhan yang Bagus” ujarnya menjelaskan.

Menurutnya, Peluang Keluaran Sarjana
Perikanan itu sangatlah luas apa lagi Fakultas Perikanan Universitas Muara
Bungo ialah satu – satunya Fakultas Perikanan di Wilayah Jambi Barat, tentu
Calon Mahasiswa yang ingin melanjutkan Studi di Fakultas Perikanan yang berasal
dari Daerah Jambi Wilayah Barat bisa langsung berkuliah disini tanpa harus
pergi ke wilayah lain yang mungkin memakan Biaya besar.

“Bayangkan, secara Nasional Perikanan
itu ada Dua; Pertama Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi,
Kedua; Kementrian Kelautan dan Perikanan, kita pun ada Perikanan di Darat ada Perikanan
di Laut”

“Apa lagi Sumber Protein tertinggi ada
pada ikan, banyak makan sapi Kolestrol Tinggi” ujar Dekan Perikanan berseloroh.

Angga Saputra

Dekan Fakultas Perikanan Universitas Muara Bungo bicara Peluang Keluaran Sarjana Perikanan dari Pengolahan Hasil Perikanan hingga Pelabuhan.

Dekan Perikanan UMB Bicara Peluang, Mulai dari Pengolahan Hingga Pelabuhan

Bungo, akademicanews.com – Fakultas Hukum Universitas Muara Bungo
salah satu Fakultas yang cukup ramai peminatnya, mengingat UMB memiliki Tujuh
Fakultas yang keseluruhan terfavorit, dan kali ini Rekadsi akademicanews.com
menemui Dekan Fakultas Hukum UMB Nirmala Sari, SH., MH yang kini terdaftar
sebagai Mahasiswa Doktoral Universitas Jambi, Jumat (27/01/2023)

Kehadiran Redaksi menemui Dekan yang di
kenal Talkative (Red – Komunikatif) ini tentulah mewawancarai, serta
menggali lebih jauh Informasi Fakultas di Lingkungan Universitas yang di kenal
memiliki Alumni – alumni Sukses dalam karir mereka.

Saat menemui Dekan Hukum UMB tepatnya di
Kampus B Universitas Muara Bungo, ia baru saja pulang mempromosikan Universitas
Muara Bungo kepada beberapa SLTA Sederajat, yang telah di mulainya beberapa
hari lalu ke beberapa SLTA di Tanah Periuk, Tanah Tumbuh dan Pelayang.

Dan kali ini baru saja pulang dari
beberapa SLTA seperti MAN 1 Bungo, SMA 1 Bungo, SMA 14 Tanjung Agung dan SMK 4
Tanjung Agung “Iya, kita baru saja Pulang dari mempromosikan UMB dan rencananya
Cuma tiga sekolah tetapi dalam prakteknya ada empat sekolah” ujar Nirmala Sari
berseloroh.

Selanjutnya ia menceritakan awal mula
berdirinya Fakultas Hukum di Universitas Muara Bungo, yang awalnya berdiri pada
tahun 2018 yang di usulkan sejak tahun 2015 serta sudah tiga kali membentuk Tim
Pembuatan Borang (Red – Sekumpulan Dokumen – dokumen) untuk pengajuan
penerbitan SK (Red – Surat Keputusan Penyelenggaraan) Program Study
tersebut.

“Tim pertama belum lolos karena di
Anggap Moratorium (Red – Tertunda karena batas waktu tertentu) dan yang
kedua juga begitu dan yang di ketigalah baru jebol dimasa Rektornya Pak
Rachmad”.

Selama perjalanan Fakultas Hukum Prodi
Ilmu Hukum yang kini sudah sampai pada Angkatan ke 4 dan ke 5 memang ada
tantangan – tantangan tersendiri dan bisa terselaikan dengan baik “dan saya
menikmatinya” gumam Dekan yang pernah menjadi Konsultan dan Tutor ini.

Terkait dengan Fakultas Hukum, ia juga
menjelaskan bahwa saat ini belum bisa memberikan Program Kekhususan Hukum
seperti Fakultas Hukum lainnya, yang umumnya di kampus luar Provinsi Jambi,
sampai 7 PK “dan saat ini masih memiliki 3 PK (Red – Program Kekhususan)
diantaranya PK Hukum Tata Negara, PK Pidana dan PK Hukum Perdata”.

Ia mengajak agar calon mahasiswa itu
memilih fakultas yang memang memiliki manfaat untuk masa depan, dan ada di
Universitas Muara Bungo serta salah satunya ialah Fakultas Hukum yang sudah
cukup layak, baginya Fakultas Hukum itu bisa di bawa ke sektor apapun.

“lebih luwes karena bekerja di Bank pun
juga bisa, jadi Jaksa, jadi Hakim, jadi Advokad, Notaris bahkan Jadi Dosen”
tegasnya.

Baginya Fakultas Hukum cukup sering di
pantau oleh masyarakat melalui media sosial, itu terbukti karena ada beberapa
Mahasiswa yang berkuliah di Fakultas Hukum UMB, sementara di daerah mereka ada
kampus dengan fakultas yang sama.

di akhir wawancara kamis lalu ia juga
menambahkan agar mahasiswa memiliki jiwa Entrepreneurship (Red – Wirausaha)
dengan keterampilan yang bagus dan koneksi yang bagus, mengingat di zaman
sekarang semua laju kehidupan sangatlah cepat, kalau masih ingin bekerja dengan
Instansi Swasta dan Negeri mesti mampu Bahagia setiap hari kerjanya “Ada yang
bilang I Don’t Like Mondey, barangkali kerja karena keterpaksaan dan
kalau saya santai aja bahkan saya mengajar lima kelas itu biasa” tegasnya
tersenyum.

Dekan Fakultas Hukum Universitas Muara Bungo sampaikan alasan mengapa Fakultas Hukum keluarannya lebih luwes.

Dekan Hukum, Keluaran Hukum itu lebih Luwes

Bungo, akademicanews.com – Beberapa Bulan belakangan ini mulai dari
Tahun 2022 hingga 2023, Tim media investigasi terkait kasus tanah masih
berlanjut hingga saat ini dan menemukan beberapa Fakta ataupun Data Informasi
berkaitan dengan kasus lahan ataupun tanah yang ada di wilayah Sungai
Mengkuang, Kabupaten Bungo, Kamis (26/01/2023)

Masih teringat jelas di ingatan bahwa
tepatnya di Sungai Mengkuang telah terlaksana Sita Eksekusi pada Kamis tanggal
18 tahun 2022 oleh Pengadilan Negeri Muara Bungo Kelas II, serta sempat di muat
dalam media online Ranah Jambi.

Selama penelusuran Tim Investigasi hingga
saat ini tepatnya hari Rabu Kemarin tanggal 25 Januari tahun 2023, di dapati
Tim Lapangan BPN Bungo melakukan Cek Fisik bersama orang – orang yang mengaku
sebagai Pemohon, ataupun mengaku sebagai Pemilik lahan atau Tanah yang berada
di Areal Pemakaman Pal 6 Sungai Mengkuang.

Saat di Konfirmasi, Tim yang melakukan
Pengecekan di lapangan itu melakukan tindak lanjut terhadap Pemohon yang
mengaku Pemilik Lahan atau Tanah tersebut dengan Bukti Surat Awal yang di
miliki oleh Pemohon tersebut, yang selanjutnya akan di lakukan Cross Check
(Red – Pengecekan) ke PERKIM dan ASSET Pemerintah “Supaya Langkah kita tidak
terhenti di jalan” ujar salah satu Tim Cek Fisik dari Kantor Pertanahan.

Selanjutnya Tim Investigasi mendapati
Informasi dari salah satu orang (Red – Identitas Informan tidak ingin di
ketahui) yang mengaku Pemilik Lahan ataupun Tanah yang ada di wilayah
sungai mengkuang, seseorang ini menegaskan untuk Jangan membeli Lahan ataupun
Tanah yang ada di Wilayah Sungai Mengkuang, karena Ahli Waris Pemilik Lahan ataupun
Tanah tersebut masih ada.

Ahli Waris sampaikan agar jangan dulu membeli Lahan ataupun Tanah di Sungai Mengkuang.

Ahli Waris: Jangan lagi membeli Lahan di Wilayah Sungai Mengkuang

Kalau rugi ya memang subsidi memang rugi - Rektor Universitas Muara Bungo, Dr. Ir. Supriyono, M.P

Bungo,
akademicanews.com – Inflasi
masih menjadi Isu hangat di Provinsi Jambi begitupun dengan Kabupaten Bungo,
pada kesempatan kata sambutan Pelepasan Mahasiswa Kukerta dan Magang di
Universitas Muara Bungo pada Selasa kemarin, Rabu (25/01/2023)

Sekretaris
Daerah Kab. Bungo, Drs. Mursidi, MM menyampaikan hal tersebut kepada Mahasiswa
Kukerta dan Magang, agar Mahasiswa mengetahui beberapa isu penting yang berkaitan
dengan masyarakat banyak.

Sekda
menjelaskan bahwa Harga Komoditi seperti Cabai beberapa waktu lalu sempat
melonjak, karena memang masyarakat bungo memasok cabe dari Kerinci, Curup dan
Padang Panjang yang sempat mandeg ataupun terhenti.

Hal ini di
karenakan musim tanam tidaklah di lakukan serentak apa lagi saat itu belumlah musim
tanam, sehingga harga cabe melonjak hingga Rp. 120.000,- (Red – Seratus Dua
Puluh Ribu Rupiah).

Atas kejadian
itu, Sekda menambahkan bahwa Pemerintah Bungo mengambil Langkah Kongkrit yaitu
memanggil setiap pemasok cabai, dan mengkomunikasikan tentang harga cabai lalu
membantu Transportasi Pemasok.

“misalnya 50
Ribu 1 kilo, kita bantu transportasinya dengan harga 50 Ribu 1 kilo sampai ke Bungo
kamu silahkan jual 60 Ribu” ujar Sekda memaparkan.

Menanggapi
persoalan Inflasi, Ketua Yayasan Pendidikan Mandiri Muara Bungo H. Andriansyah,
SE., M.Si memaparkan, Kampus hanya bisa menganalisa dan hasil Analisa ataupun
Riset tentu di sampaikan kepada Pemerintah Daerah.

“Paling
mudahnya, semua Dinas yang berhubungan dengan Komoditi hasil Pertanian sering –
seringlah berkunjung ke Biro Pusat Statistik, dimana kebutuhan masyarakat
seperti komoditi Cabai, Tomat dan lainnya terdata disana” Jelas Andriansyah

Kemudia ia
menambahkan, agar segera di atur Kerjasama antar Pemerintah Daerah tentunya
dengan melihat berbagai Potensi Komoditi setiap Daerah, selanjutnya setiap
Kadis saling berkomunikasi terutama Kadis dari Kabupaten berbeda.

“yang tidak
menghasilkan produk tersebut harus memantau lewat BPS serta menjalin komunikasi
terhadap Kabupaten seperti dinas terkait, seperti dishub dan lain sebagainya
yang pasti pada dinas yang menghasilkan produk komoditi tersebut” ujar Ketua
YPMMB menjelaskan.

Sementara itu
Rektor Universitas Muara Bungo, Dr. Ir. Supriyono, M.P menjelaskan bahwa
Inflasi artinya harga tinggi daya beli rendah, lalu untuk mengatasinya dengan
membantu dengan cara tertentu, dalam hal ini Pemerintah Bungo membantu uang
transport.

“Sebenarnya ada
yang paling pas, yaitu komoditi tersebut di beli oleh Pemda dan di Jual Kembali
kemasyarakat, artinya di subsidikan, kalau rugi ya memang subsidi memang rugi” tegas
Rektor menjelaskan sambil berseloroh.

Rektor
menambahkan, misalnya di beli oleh Pemda dengan harga 60 Ribu dan di Jual
kemasyarakat 50 Ribu artinya di subsidi 10 Ribu “Kalau mampu menggunakan APBD
ataupun APBN seperti penjelasan dari Sekda itu bisa di katakan subsidi
transport” tegas Rektor UMB menjelaskan.

Ketua Yayasan Pendidikan Mandiri Muara Bungo dan Rektor Universitas Muara Bungo, Ikut Bicara Inflasi Kabupaten Bungo.

Sekda Bungo sampaikan Isu Inflasi, Ketua YPMMB dan Rektor UMB ikut Bicara

Bungo, akademicanews.com – Universitas Muara Bungo laksanakan
Pelatihan Pengembangan Sumber Daya Manusia yang di Fokuskan kepada Setiap
Alumni Universitas dan Staf Civitas Campus, kegiatan ini di gelar dengan
bekerjasama dengan Corien Centre Lembaga Pengembangan SDM Cabang Kabupaten
Bungo, Rabu (25/01/2023)

Kegiatan berbentuk Workshop ini di
laksanakan di Aula Gedung B Universitas Muara Bungo dengan Fokus Pembahasan
Persiapan Alumni dan Mahasiswa untuk memasuki Dunia Kerja.

Kepala Corien Centre Cabang Bungo,
Maharani, S.Psi memaparkan bahwa Corien Centre, sebagai Lembaga Pengembangan
SDM terlah berdiri sejak tahun 2006 tepatnya di Bengkulu dan Cabang Bungo berdiri
pada tahun 2006.

“dan Kantor kita tepatnya di Lrg. Jengki
belakang Hotel Ayudiapala” tambahnya

ia menambahkan, bahwa Corien Centre
sebagai Lembaga Pengembangan SDM menyediakan berbagai Konten Keterampilan (Red
– Skill dan Non-Skill) serta di kemas dengan berbagai bentuk kegiatan
seperti workshop hingga seminar.

“yang pasti kita melakukan Pelatihan
SDM, Pelayanan Prima khusus untuk Pegawai Lembaga Negeri ataupun Swasta,
Komunikasi Efektif, Bimbel (Red – Bimbingan Belajar) CPNS, P3K, Ikatan Dinas, Bimbel
Mata Pelajaran, Out Bound khusus Instansi, Family Gathering hingga Pelayanan
Test Psikology” tambah Maharani memaparkan.

Sebelumnya Corien Centre juga pernah melaksanakan
Kegiatan di Kampus lainnya dan di beberapa SLTA Sederajat di Kabupaten Bungo, atas
terlaksananya kegiatan ini ia berharap semoga banyak peserta yang telah ikut
pelatihan akan segera Lulus di setiap Instansi Negeri ataupun Swasta.

Kegiatan hari ini Resmi di Buka oleh
Wakil Rektor III Dr. Khairun. A Roni, SE., MM pada pagi hari dan berakhir pada Jam
12.00 WIB Siang.

Universitas Muara Bungo bersama Corien Centre gelar Workshop Persiapan SDM memasuki Dunia Kerja.

UMB Bersama Corien Centre gelar Pelatihan Persiapan memasuki Dunia Kerja

Bungo,
akademicanews.com – Pemimpin adalah
salah satu tema yang tidak pernah habis di bahas oleh umat manusia di muka bumi
ini, baik pada masa sebelum Masehi hingga pada hari ini, Pemimpin sangatlah
menarik untuk di bahas karena menurut saya, hampir setiap sektor kehidupan
manusia pastilah ada pemimpinnya.

Dapat
kita pahami bahwa Pemimpin terbentuk dari kecendrungan alami untuk mengambil peran dalam memimpin pada tingkat organisasi atau tingkat sosial, hal ini terkait dengan pengalaman dan perkembangan mereka memberikan pengaruh atas pikiran, perasaan dan tindakan kepada anggota (Avolio, 1994; Yukl &amp; Mahsud, 2010). 

Dan,
Konsep pemimpin sendiri
berawal dari proses individu dalam
memberikan pengaruh yang disengaja terhadap individu lain, dengan tujuan membimbing, menyusun
dan memfasilitasi kegiatan
dengan melibatkan perilaku, sifat dan hubungan peran (Day &amp; Antonakis, 2012; Yukl, 1993). 

Selain
itu, sebenarnya ada banyak konsep pemimpin tetapi saya hanya ingin membahas
satu konsep pemimpin saja, yaitu; Pemimpin Perubahan, Pemimpin perubahan sendiri adalah pemimpin yang mampu mengangkat mimpi siang para anggota menjadi nyata, bahkan membuat hal
yang tidak terduga, &nbsp;istilah ini dapat kita ketahui dari tulisan Burn (1978). 

Selanjutnya, pemimpin perubahan (Red – Terminology lain di Eropa Timur adalah Pemimpin Revolusioner) merupakan pemimpin yang mempengaruhi anggota untuk
membuat sesuatu menjadi berbeda, diawali dengan membangun kepercayaan mereka dalam memiliki tujuan, kemudian mengarahkan mereka &nbsp;untuk menjaga kekompakan,
ketika mereka kompak dan bersatu maka akan menghasilkan keinginan anggota dan keinginan organisasi (Shamir et al., 1993; Bass, 1995; Bass &amp; Riggio,
2006).

Avolio et al., (1988)
mengatakan, pemimpin perubahan mampu meningkatkan kebutuhan anggota
dengan cara; memotivasi
kemajuan kerja
mereka, memecahkan masalah mereka
sendiri dan
anggota lain, serta mengarahkan anggota menjadi pemimpin baru di masa depan. 

Di sisi lain, pemimpin perubahan mampu menginspirasi anggota untuk meningkatkan
kemajuan kerja dengan menggunakan keterampilan baru sehingga mampu meningkatkan arti sukses, hal penting dari pemimpin perubahan
adalah mampu mempengaruhi anggota untuk membuat kemajuan kerja menjadi maksimum (Piccolo &amp; Colquitt, 2006; Lyons &amp; Schneider, 2009; Pan &amp; Lin, (2015).

Para ahli
sepakat, bahwa pemimpin perubahan dapat mempengaruhi anggota secara tidak langsung melalui; komitmen yang dihubungkan
dengan visi, memperkuat
hubungan struktural, kepintaran emosi, kepuasan kerja, dan kerja ekstra anggota (Gulluce et al., 2016; Tresna, 2016; Eliyana et al., 2019)

Jarang
dari kita mempelajari pengetahuan tentang pemimpin perubahan (Red – Istilah
seperti ini sangat Akrab terdengar di Republik Indonesia di Tahun 1921 an)
sebenarnya pemimpin perubahan sangat
menarik dipelajari karena
berdampak langsung terhadap kesejahteraan, kesehatan, kepuasan dan kemajuan kerja
anggota serta organisasi (Avolio et al., 2009; Braun et al., 2013; Holten et al., 2017).

Bass dan Riggio, (2006)
menjelaskan, pada
awalnya penelitian pemimpin perubahan
dilakukan pada lembaga angkatan
bersenjata (militer)
seperti yang pernah diteliti oleh; Bass, (1985), Boyd, (1988), Curphy, (1990), &nbsp;Longshore, (1988), O’Keeffe, (1989), Yammarino &amp; Bass, (1999). Namun Avolio dan Yammarino, (2012)
mengkritisi bahwa pemimpin perubahan penting di semua organisasi
(Red – Profit dan Non-Profit).

Penyebab pemimpin perubahan telah diteliti sejak pertama kali konsep ini di tulis oleh Burn (1978). Para ahli terdahulu telah meneliti asal penyebab pemimpin perubahan berawal dari; tantangan karir (Bass, 1985), kepribadian (Howard &amp; Bray, 1988), perlengkapan
pribadi (Atwater &amp;
Yammmarino, 1993), pengalaman hidup ( Avolio, 1994), dan motivasi&nbsp; (Barbuto et al., 2000). 

Berbeda dengan pandangan
dari Avolio et al., (1991) bahwa penyebab pemimpin perubahan seperti; cendrung memperluas ide-ide anggota dengan cara anggota itu sendiri, fokus memindahkan kesejahteraan anggota yang rendah menuju lebih tinggi, meningkatkan kesadaran untuk kebutuhan organisasi dan
mereka sendiri
selaras dengan pencapaian pekerjaan
mereka.

Banyak cara melihat sudut pandang dari pemimpin perubahan yang dapat dilihat
sebagai berikut;

Pandangan
kebergantungan (contingency paradigm) adalah pandangan yang disesuaikan dengan situasi, kondisi
dan sifat pada proses pengambilan
keputusan, padangan kebergantungan ini difokuskan pada kepemimpinan lintas budaya, pada
budaya tertentu mampu memperoleh tingkat pemimpin perubahan yang lebih tinggi (Fiedler, 1986; Vroom &amp; Jaago, 2007; Ergeneli
et al., 2007; Muczyk &amp; Holt, 2008).

Pandangan universal (universalistic
paradigm) juga faktor penyebab munculnya pemimpin
perubahan, pandangan ini digunakan untuk satu ukuran terhadap fungsi dan perilaku
yang sistematis serta didukung oleh
teori atau model yang mendasarinya dalam menjalankan
organisasi (Shamir, 2012).

Budaya diprediksi penting sebagai kemunculan pemilihan pemimpin,&nbsp; prilaku kepemimpinan berhubungan dengan nilai-nilai budaya sehingga pemimpin
yang berbudaya memimpin lebih memperlihatkan perilaku pemimpin perubahan (Leong &amp; Fischer, 2011; Engelen et al., 2014).

Pemimpin
perubahan adalah pemimpin dengan pandangan
yang mendunia yang memiliki satu ukuran terhadap; fungsi, perilaku, sistematis, dan teori yang mendasarinya (Bass, 1997; Shamir, 2012). Hasil studi kuantitatif dari Den Hartog et al., (1999) dan studi kualitatif dari Karakitapoğlu-Aygün &amp; Gumusluoglu, (2013) mendukung penyebab pemimpin perubahan berdasarkan pada pandangan yang
mendunia.

Sikap keramahan dari pemimpin perubahan mengakibatkan anggota akan; bekerja
ekstra, suka bergaul,
banyak bicara, menyelesaikan hambatan, dan ikut
pengaturan kelompok (Bass, 1990). 

Para ahli terdahulu telah menemukan hubungan yang
kuat antara keramahan terhadap pemimpin perubahan, keramahan sangat terkait dengan karisma (Church &amp; Waclawski, 1998; Bono &amp; Judge, 2004; Ployhart et al.,
2001). Dalam penelitian lain, Avolio, (1994) menemukan keramahan sangat
terkait dengan; bersosialisasi, karisma, dan pertimbangan
individu. 

Pemimpin yang efektif
umumnya memiliki tingkat harga
diri yang tinggi dan positif, secara konseptual terkait dengan kepercayaan diri, cendrung untuk mengambil risiko serta perilaku
yang tidak konvensional&nbsp; (Conger &amp; Kanungo,
1988; Bass &amp; Avolio,
1990; Bandura, 1994).

Adanya hubungan yang kuat antara keterbukaan terhadap pemimpin
perubahan, ini menunjukkan bahwa pemimpin perubahan itu; kreatif untuk
perubahan dan mampu beradaptasi dengan pandangan &nbsp;anggota lain (Judge &amp; Bono,
2000).

Dan, hal yang sangat menarik bagi saya, pemimpin perubahan berhubungan secara psikologis dengan
individu yang sehat dan tangguh dengan mengembangkan ketabahan, hal ini berhubungan dengan kebugaran fisik pemimpin tersebut (Kobasa et al., 1982; Epstein &amp; Meier, 1989; Harland et al., 2005).

Avolio et al., (1988) menegaskan, awalnya pemimpin perubahan disusun
menggunakan tiga dimensi, yaitu; karisma,
merangsang kecerdasan dan
pertimbangan individu. Namun, Barbuto et al., (2000) dan Hunt dan Conger, (1999) mengkritik bahwa karisma berpotensi tidak sesuai dengan
cita-cita perubahan.

Istilah karisma dalam model pemimpin perubahan akhirnya
diubah dan ditambah menjadi; pengaruh yang ideal, dan motivasi yang
menginspirasi. Bass dan Riggio, (2006) sepakat bahwa konsep pemimpin perubahan disusun menjadi
empat dimensi terdiri dari; merangsang kecerdasan, pertimbangan individu,
pengaruh yang ideal, serta motivasi yang menginspirasi.

Pemimpin perubahan diukur dari pengaruh pemimpin terhadap anggota dalam meningkatkan kepuasan dan kepercayaan mereka (Podsakoff et al., 1990). Selanjutnya, Katz dan Kahn, (1978) menjelaskan, anggota &nbsp;yang
merasakan gaya pemimpin
perubahan akan; menimbulkan kepercayaan dan kekaguman, kesetiaan dan rasa hormat terhadap
pemimpin, serta termotivasi untuk melakukan
perilaku ekstra kerja. 

Artinya
banyak sekali Efek Positif dari keberadaan Pempimpin Perubahan ini, hingga
berimbas pada para Anggotanya (Red – Pengikutnya atau Kader ataupun Penamaan
lain). Mesti kita pahami juga, bahwa para peneliti mencatat lebih dari 40 tahun konsep
pemimpin dipelajari,
ternyata konsep tersebut
memiliki kemiripan atau hampir
sama tiap konsepnya (Holten et al., 2017).

Penulis : Dr. Oldy, A.A, S.P., M.M. - Pengajar Pada FEB - UNIVERSITAS MUARA BUNGO

Atwater, L. E., &amp; Yammmarino, F. J. (1993). Personal Attributes as
predictor of superiors and subordinates perception of military academy
leadership. Human Relation, 46(5), 645–668. https://doi.org/10.1177/07399863870092005

Avolio, B. J. (1994). The natural: Some antecedents to transformational
leadership. International Journal of Public Administration, 17(9),
1559–1581. https://doi.org/10.1080/01900699408524956

Avolio, B. J., Reichard, R. J., Hannah, S. T., Walumbwa, F. O., &amp;
Chan, A. (2009). A meta-analytic review of leadership impact research:
Experimental and quasi-experimental studies. Leadership Quarterly, 20(5),
764–784. https://doi.org/10.1016/j.leaqua.2009.06.006

Avolio, B. J., Waldman, D. A., &amp; Einstein, W. O. (1988).
Transformational leadership in a management game simulation: Impacting the
bottom line. Group &amp; Organizational Studies, 13(1), 59–80.
https://doi.org/10.1177/105960118801300109

Avolio, B. J., Waldman, D. A., &amp; Yammarino, F. J. (1991). Leading in
the 1990s: The four I’s of transformational leadership. Journal of European
Industrial Training, 15(4), 9–16.
https://doi.org/10.1108/03090599110143366

Avolio, B. J., &amp; Yammarino, F. J. (2012). Transformational and
charismatic leadership: The road ahead (JAI (ed.)).

Bandura, A. (1994). Self-efficacy. Encyclopedia of Human Behavioruman
Behavior, 4, 71–78. https://doi.org/10.5860/choice.36-0036

Barbuto, J. J. ., Fritz, S. M., &amp; Marx, D. (2000). A FIELD STUDY OF
TWO MEASURES O F WORK MOTIVATION. Psychological Repport, 86(12807),
295–300.

Bass, B. M. (1990). Bass &amp; Stogdill’s handbook of leadership:
Theory, research, and managerial applications (3rd ed.). Free Press.
https://psycnet.apa.org/record/1990-98476-000

Bass, Bernard M., &amp; Avolio, B. J. (1990). Developingleadership: 1992
and beyond. Journal of European Industrial Training, 14(5),
21–27. https://doi.org/10.1108/03090599010135122

Bass, Bernard M. (1985). Leadership and performance beyond expectation.
Free Press. https://doi.org/10.2307/258081

Bass, Bernard M. (1995). Theory of transformational leadership. The
Leadership Quartely, 6(4), 463–478.
https://doi.org/10.1016/1048-9843(95)90021-7

Bass, Bernard M. (1997). Does the transactional-transformational
leadership paradigm transcend organizational and national boundaries ? American
Psychologist, 52(2), 130–139.

Bass, Bernard M, &amp; Riggio, R. E. (2006). Transformational Leadership.
In Lawrence Erlaburn Associates (Second).
https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004

Bono, J. E., &amp; Judge, T. A. (2004). Personality and transformational
and transactional leadership: A meta-analysis. Journal of Applied Psychology,
89(5), 901–910. https://doi.org/10.1037/0021-9010.89.5.901

Boyd, J. T. (1988). Leadership extraordinary: A cross national military
perspective on transactional versus transformational leadership. Nova
University.

Braun, S., Peus, C., Weisweiler, S., &amp; Frey, D. (2013).
Transformational leadership, job satisfaction, and team performance: A
multilevel mediation model of trust. Leadership Quarterly, 24(1),
270–283. https://doi.org/10.1016/j.leaqua.2012.11.006

Burn, J. . (1978). Leadership. Harper &amp; Row.

Church, A. H., &amp; Waclawski, J. (1998). The relationship between
individual personality orientation and executive leadership behaviour. Journal
of Occupational and Organizational Psychology, 71(2), 99–125.
https://doi.org/10.1111/j.2044-8325.1998.tb00666.x

Conger, J. A., &amp; Kanungo, R. N. (1988). The Jossey-Bass management
series.Charismatic leadership: The elusive factor in organizational
effectiveness. Jossey-Bass. https://psycnet.apa.org/record/1988-98415-000

Curphy, G. J. (1990). An empirical study of Bass’s (1985) theory of
transformational and trans- actional leadership. The University of
Minnesota, Minneapolis.

Day, D., &amp; Antonakis, J. (2012). Leadership: Past, Present, and
Future (Second). SAGE Publication Ltd.

Den Hartog, D. N., House, R. J., Hanges, P. J., &amp; Antonio
Ruiz-Quintanilla, S. (1999). Culture specific and crossculturally generalizable
implicit leadership theories: Are attributes of charismatic/transformational
leadership universally endorsed? Leadership Quarterly, 10(2),
219–256. https://doi.org/10.1016/S1048-9843(99)00018-1

Eliyana, A., Ma’arif, S., &amp; Muzakki. (2019). Job satisfaction and
organizational commitment effect in the transformational leadership towards
employee performance. European Research on Management and Business Economics,
25(3), 144–150. https://doi.org/10.1016/j.iedeen.2019.05.001

Engelen, A., Schmidt, S., Strenger, L., &amp; Brettel, M. (2014). Top
management’s transformational leader behaviors and innovation orientation: A
cross-cultural perspective in eight countries. Journal of International
Management, 20(2), 124–136.
https://doi.org/10.1016/j.intman.2013.04.003

Epstein, S., &amp; Meier, P. (1989). Constructive Thinking: A Broad Coping
Variable With Specific Components. Journal of Personality and Social
Psychology, 57(2), 332–350.
https://doi.org/10.1037/0022-3514.57.2.332

Ergeneli, A., Gohar, R., &amp; Temirbekova, Z. (2007). Transformational
leadership: Its relationship to culture value dimensions. International
Journal of Intercultural Relations, 31(6), 703–724.
https://doi.org/10.1016/j.ijintrel.2007.07.003

Gulluce, A. Ç., Kaygin, E., Kafadar, S. B., &amp; Atay, M. (2016). The
Relationship between Transformational Leadership and Organizational Commitment:
A Study on the Bank Employees. Journal of Service Science and Management,
09(03), 263–275. https://doi.org/10.4236/jssm.2016.93033

Harland, L., Harrison, W., Jones, J. R., &amp; Reiter-Palmon, R. (2005).
Leadership behaviors and subordinate resilience. Journal of Leadership &amp;
Organizational Studies, 11(2), 2–14.
https://doi.org/10.1177/107179190501100202

Holten, A.-L., Bollingtoft, A., Carneiro, G., &amp; Vilhem, B. (2017). A
within-country study of leadership perceptions and outcomes across native and
immigrant employees: Questioning the universality of transformational
leadership. Journal OfManagement &amp; Organization, 1–18.
https://doi.org/10.1017/jmo.2017.2

Howard, A., &amp; Bray, D. W. (1988). Adult development and
aging.Managerial lives in transition: Advancing age and changing times.
Guilford Press.

Hunt, J. G., &amp; Conger, J. A. (1999). Hunt, J. G. (J.), &amp; Conger,
J. A. (1999). From where we sit: An assessment of transformational and
charismatic leadership research. The Leadership Quarterly, 10(3),
335–343. https://doi.org/10.1016/S1048-9843(99)00024-7

Irshad, R., &amp; Hashmi, M. (2014). How transformational leadership is
related to organizational citizenship behavior? The mediating role of emotional
intelligence. Pakistan Journal of Commerce and Social Sciences (PJCSS), 8(2),
413–425. http://hdl.handle.net/10419/188146

Judge, T. A., &amp; Bono, J. E. (2000). Five-factor model of personality
and transformational leadership. Journal of Applied Psychology, 85(5),
751–765. https://doi.org/10.1037/0021-9010.85.5.751

Karakitapoğlu-Aygün, Z., &amp; Gumusluoglu, L. (2013). The bright and dark
sides of leadership: Transformational vs. non-transformational leadership in a
non-Western context. Leadership, 9(1), 107–133.
https://doi.org/10.1177/1742715012455131

Katz, D., &amp; Kahn, R. (1978). The social psychology of organizations.
Wiley.

Kobasa, S. C., Maddi, S. R., &amp; Kahn, S. (1982). Hardines and Health: A
prospective study. International Journal of Numerical Analysis and Modeling,
42(1), 1687–177. https://doi.org/10.1037//0022-3514.65.1.207.a

Leong, L. Y. C., &amp; Fischer, R. (2011). Is transformational leadership
universal? a meta-analytical investigation of multifactor leadership
questionnaire means across cultures. Journal of Leadership and
Organizational Studies, 18(2), 164–174. https://doi.org/10.1177/1548051810385003

Longshore, J. M. (1988). The associative relationship between
transformational and transactional leadership styles and group productivity.
Unpublished doctoral dissertation, Nova University, Boca Raton, FL.

Lyons, J. B., &amp; Schneider, T. R. (2009). The effects of leadership
style on stress outcomes. Leadership Quarterly, 20(5), 737–748.
https://doi.org/10.1016/j.leaqua.2009.06.010

Muczyk, J. P., &amp; Holt, D. T. (2008). Toward a cultural contingency
model of leadership. Journal of Leadership and Organizational Studies, 14(4),
277–286. https://doi.org/10.1177/1548051808315551

O’Keeffe, M. J. (1989). The effects of leadership style on the
perceived effectiveness and satisfaction of selected Army offi cers.
Unpublished doctoral dissertation, Temple University, Philadelphia.

Pan, S. Y., &amp; Lin, K. J. (2015). Behavioral mechanism and boundary
conditions of transformational process. Journal of Managerial Psychology,
30(8), 970–985. https://doi.org/10.1108/JMP-07-2013-0242

Piccolo, R. F., &amp; Colquitt, J. A. (2006). Transformational leadership
and job behaviors: The mediating role of core job characteristics. Academy
of Management Journal, 49(2), 327–340.
https://doi.org/10.5465/AMJ.2006.20786079

Ployhart, R. E., Lim, B. C., &amp; Chan, K. Y. (2001). Exploring relations
between typical and maximum performance ratings and the five factor model of
personality. Personnel Psychology, 54(4), 809–843. https://doi.org/10.1111/j.1744-6570.2001.tb00233.x

Podsakoff, P. M., Mackenzie, S. B., Moorman, R. H., &amp; Fetter, R.
(1990). Transformational leadership behavior and their effects on followers
trust in leader, satisfaction and organizational citizenship behaviors. Leadership
Quarterly, 1(2), 107–142.
https://doi.org/10.1016/1048-9843(90)90009-7

Shamir, B., House, R. J., &amp; Arthur, M. B. (1993). The motivational
effects of charismatic leadership: A self-concept based theory. Organization
Science, 4, 577–594.

Shamir, Boas. (2012). Leadership in context and context in leadership
studies. The Oxford Handbook of Leadership, November 2018,
344–356. https://doi.org/10.1093/oxfordhb/9780195398793.013.0020

Tresna, W. P. (2016). The Influence of Transformational Leadership to
Organizational Citizenship Behavior with Job Satisfaction as Mediator Variable
(Study about Leadership of the Chairmen at Three Universities in Tasikmalaya). Review
of Integrative Business and Economics Research, 5(2), 295.
www.wikipedia.com

Vroom, V. H., &amp; Jaago, A. G. (2007). The role of the situation in
leadership. American Psychologist, 62(1), 17–24.
https://doi.org/10.1037/0003-066X.62.1.17

Yammarino, F. J., &amp; Bass, B. M. (1999). Transformational leadership
and multiple level of analysis. Human Relations, 43(10), 975–995.
https://doi.org/10.1177/001872679004301003

Yukl, G. (1993). A retrospective on Robert House’s “1976 theory of
charismatic leadership” and recent revisions. The Leadership Quarterly, 4(3–4),
367–373. https://doi.org/10.1016/1048-9843(93)90041-Q

Yukl, G., &amp; Mahsud, R. (2010). Why flexible and adaptive leadership is
essential. Consulting Psychology Journal: Practice and Research, 62(2),
81–93. https://doi.org/10.1037/a0019835

Salah satu Doktor dari Universitas Muara Bungo menuliskan Opini nya terkait Pemimpin Perubahan: Konsep dan Definisi.

Pemimpin Perubahan: Konsep dan Definisi

Bungo,
akademicanews.com – Masyarakat
Bungo kerumuni tempat kejadian perkara kecelakaan Tunggal Mobil Box Carry
(Red – Mobil Kotak Logistik) dengan Nomor Polisi BM 8218 QD yang terjadi di
Lintas Sumatera Simpang Taman Agung Kabupaten Bungo, Jumat (20/01/2023)

Menurut
Kesaksian setempat, Kecelakaan Tunggal terjadi sekitar Jam setengah dua dini
hari, dengan Kronologi Mobil berwarna hitam dan box berwarna silver itu melaju dari arah Sumatera Barat menuju Jakarta dan
tiba – tiba kendaraan tersebut terpelanting ke kiri.

Orang tua dari
supir tersebut mengatakan, pengakuan anaknya menjelaskan bahwa Mobil saat
melaju seolah ada yang menarik mobil terdorong kesebelah kiri jatuh kejurang jalan, dan
untungnya supir hanya mengalami cidera memar tepat di dahi sebelah kiri.

Ia menambahkan,
penyataan Tokoh Masyarakat setempat bahwa mobil jatuh tepat mendekati Pohon Beringin
Besar, yang ukuran besarnya menandakan pohon beringin tersebut sudah sangat tua,
dan di tempat itu pula pernah terjadi kecelakaan maut dengan jumlah belasan
korban jiwa.

Babinsa Tanah
Tumbuh menambahkan “Mobil ini dari Sungai Rumbai, Berangkat Malam (Red – Dini Hari)
sekitar setengah dua malam terjadi kecelakaan di Lintas sumatera tepatnya simpang
taman agung tanah tumbuh, untuk supir selamat sudah di bawa kerumah nya di
sungai rumbai” Ujar Babinsa Taman Agung, Serda Suherman.

Kecelakaan Tunggal terjadi di Simpang Taman Agung, Tanah Tumbuh, Supir mengaku di Tarik Pohon Beringin jatuh kejurang.

Mengaku tertarik Pohon Beringin, Kecelakaan Tunggal terjadi

Bungo,
akademicanews.com – Universitas
Muara Bungo Bersama Badan Eksekutif Mahasiswa nya gelar UMB CUP I (Red –
Pertama) Turnamen Futsal untuk Perguruan Tinggi dan Pelajar, turnamen ini Resmi
di Buka di MTQ Lama Kabupaten Bungo oleh Pemerintah Bungo dalam hal ini di wakili
Dispora, Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan, Dr. Khairun A. Roni, M.M dan
Bendahara Yayasan Pendidikan Mandiri Muara Bungo, H. Rendhi Zelfiando, SE,
Jumat (06/01/2023)

Peresmian
Pembukaan Turnamen Futsal CUP I UMB ini juga di hadiri oleh tamu undangan dan
para peserta Futsal dari berbagai Komunitas Futsal di Wilayah Provinsi Jambi
khususnya wilayah Barat “Total Peserta yang ikut bertanding 48 Tim Futsal”
tutur Ketua Panitia, 

Wakil Rektor
III UMB memberikan Pengarahan kepada semua peserta tim yang hadir saat
pembukaan acara, agar tetap menjaga Suportifitas saat pertandingan berlangsung “Saya
ucapkan selamat bertanding” tegas Dr. Khairun A. Roni, M.M.

Salah satu
Pelatih Futsal Qhong Xi asal Kabupaten Bungo, Andri menyampaikan rasa bangganya
terhadap di gelarnya UMB CUP I ini karena baginya saat inilah mengevaluasi
kemampuan tim futsal yang ada.

“Bagi saya di Pertandingan
seperti inilah saya selaku Pelatih bisa mengevaluasi kemampuan anak asuh saya”
ujar andri.

Setelah pembukaan
berlangsung semua Panitia dan seluruh Peserta Tim Futsal yang menghadiri acara
tersebut melakukan sesi Foto Bersama Yayasan Pendidikan Mandiri Muara Bungo, Universitas
Muara Bungo, Tamu undangan seraya meneriakan “Hidup UMB!” tutup gema suara
serentak di dalam GOR MTQ Lama Kabupaten Bungo.

Reporter&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; :
Ang

Editor&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; : DC

Universitas Muara Bungo Bersama Badan Eksekutif Mahasiswa nya gelar UMB CUP I Turnamen Futsal untuk Perguruan Tinggi dan Pelajar

Akademica News